Kamis, 28 Januari 2016



Way Kambas
            Pada tanggal 18 Januari 2016 kami melanjutkan perjalanan dari R.M. H.R Putra ke Way Kambas dengan melalui akses jalan Way Jepara Lampung Timur. Di sepanjang jalan menuju Way Kambas terdapat vegetasi kebun dan sawah irigasi dengan di dominasi oleh tanaman singkong, kelapa, rambutan. Di sini juga terdapat pemukiman yang mengikuti atau berpola sejajar dengan jalan utama. Jalan utama menuju Way Kambas sangat beragam mulai dari jalan lurus beraspal hingga jalan berbatu dan berlubang, kerusakan akses jalan menuju Way Kambas disebabkan oleh banyaknya truk yang melintas di kawasan ini. 13 km menuju Way Kambas vegetasi hutan makin lebat didominasi oleh pohon durian.
            Sesampainya di Way Kambas kami bertemu dengan Bapak Mahfud Handoko, beliau sudah bekerja di Way Kambas sejak tahun 1995 pada tahun tersebut pula Way Kambas telah berubah menjadi PKG Taman Nasional Way Kambas yang berada di Lampung Timur dengan luas wilayah 125.621,31 Ha dan terbagi menjadi tiga seksi konservasi yaitu konservasi wilayah I (way kanan), konservasi wilayah II dan konservasi wilayah III (kualapena). Khusus untuk konservasi wilaya III dibagi menjadi tiga zona yaitu :
1.      Inti, zona inti hutan Way Kambas adalah hutan alami.
2.      Penyanggah, zona penyanggah terdapat aktivitas manusia seperti patroli.
3.      Pemanfaatan, zona pemanfataan yaitu zona konservasi tanah dan gajah.
            Beberapa Fauna yang terdapat di Taman Nasional Way Kambas yaitu mantok rimba, harimau Sumatra, badak Sumatra, kucing emas, tapir, beruang dan rusa. Flora yang terdapat di Taman Nasional Way Kambas yaitu gaharu namun tumbuhan ini sudah menurut karena banyak di manfaatkan dan mengandung nilai ekonomis yang tinggi. Secara topografi hutan di Taman Nasional Way Kambas dibagi menjadi tiga yaitu :
1.      Hutan Sekunder
2.      Hutan Alang-alang
3.      Hutan Rawa
            Sejarah Taman Nasional Way Kambas pada zaman Belanda Suaka Marga Satwa kemudian berganti lagi menjadi Hutan Lindung dan yang terakhir Taman Nasional. Struktur organisasi Taman Nasional Way Kambar dibawah naungan Kementrian Lingkungan Hidup dan Dinas Kehutanan di Jakarta. Tahun 1980 di Lampung banyak terjadi gangguan gajah yang sangat tinggi, Profesor Subini dan Insinyur Widodo mendirikan pusat pelatihan gajah untuk mengurangi serangan gajah terhadap manusia. Misi pelatihan gajah yang pertama yaitu Tataliman artinya menciptakan kembali habitat gajah atau ring of ring kembali dikembangkan, biasanya di habitat aslinya gajah betina bergerombol sekitar 40 ekor sedangkan gajah jantan menyendidri tidak berkoloni. Binaliman pengertinyannya seandainya gajah tidak dapat ditata kembali kemudian gajah akan ditangkap dan di bina dalam pelatihan gajah. Sekolah gajah yang pertama terdapat di Way Kambas, PLG Sari di Aceh, Holiday Resort di Medan dan PLG Pekanbaru. Tingkat metode pelatihan gajah pertama kali berasal dari Thailand dan India namun para pelatih dari Taman Nasional Way kmabas mengadopsi dari Thailand. Beberapa metode pelatihan gajah yaitu sebagai berikut :
1.      Latihan Dasar
2.      Pengembangan
3.      Lanjutan
Metode pelatihan dasar gajah yang berasal dari hutan cukup lama untuk di latih karena di alam liar mereka tidak biasa dengan manusia dan mobil namun ketika di adopsi dari hutan ke Tama Nasional Way Kambas dilakukan sosialisasi dengan lingkungan yang baru sekita 6-8 bulan gajah liar baru bisa dinaikan dan dikendalikan oleh pelatih. Gancok adalah alat yang digunakan untuk pelatihan gajah dan sebagai perlindungan sang pelatih. Metode pengembangan usian gajah umur 3-15 tahun gajah digunakan sebagai atraksi sedangkan di atas 15 tahun dijadikan sebagai gajah tunggang juga patroli hutan. Metode lanjutan gajah-gajah dapat di distribukan ke wilayah yang membutuhkan gajah seperti kebun binatang dan taman nasional.
            Rumah sakit gajah sudah didirikan di Taman nasional Way Kambas dengan kerjasama oleh pihak Australia, jumlah gajah di Way Kambas 66 ekor dengan Dokter hewan yang menangani yaitu Dokter Hesti. Penyakit gajah yang biasa ditemui yaitu cacingan, gondok, parasite darah  dan EEHV berupa virus. Kehamilan gajah sekitar 22 bulan hampir 2 tahun setiap beranak jagah hanya mengeluarkan 1 anak dengan berat 100 kg gajah menyususi 3-4 tahun durasi kehamilan gajah 2 tahun sekali. Tahapan dalam menjadi pelatih gajah yaitu :
1.      Pelatihan
2.      Menghandle gajah jinak
3.      Pengenalan dengan pelatih
            Batas wilayah Taman Nasional Way Kambas sebelah timur bersebelahan dengan laut jawa, sebelah barat bersebelahan dengan desa dan tiga kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah, sebelah utara berbatasan dengan desa penyanggah, sebelah selatan berbatasan dengan desa penyanggah. Konflik wilayah di Negara India pelatihan gajah menggunakan stik seperti bilyar sedangkan di Indonesia menggunakan gancok yang di adopsi dari Thailand. Di Indonesia apabila gajah sudah memasuki wilayah pemukiman warga maka petugas Taman Nasiona Way Kambas membangun Respond Elephand Unit yaitu mengusir gajah liar dengan gajah jinak agar masuk ke hutan kembali. Pengunjung rata-rata di Taman Nasional Way Kambas 100-10000 ribuan.

Sabtu, 24 Oktober 2015

UPAYA KONSERVASI DI MUARA GEMBONG

            Seperti yang telah kita ketahui konservasi merupakan pengembangan dan proteksi terhadap sumber daya alam. Menurut Gifford Pinchot adalah suatu tindakan untuk mencegah pengurasan sumber daya alam, agar sumber daya alam tersebut tetap tersedia untuk masa yang akan datang. Pengertian di atas telah memaparkan bahwa konservasi sangat diperlukan khususnya untuk tempat-tempat yang perlu perhatian seperti di Muara Gembong. Pertama yaitu aksesibilitas, akses yang harus kita lalui untuk mencapai Muara Gembong tidak sulit semua kendaraan dapat melaluinya namun jalan menuju ke sana masih tanah merah dan belum semuanya diaspal  sehingga apabila terjadi hujan jalan menjadi licin dan sulit untuk dilalui tidak jarang banyak kendaraan yang tergelicir ketika melewatinya. Akses menuju kota atau pasar terdekat rumayan jauh bila kita berkunjung ke sana yang terbersit adalah daerahnya lembab dan panas karena pesisir pantai.
            Muara Gembong perlu mendapatkan perhatian khususnya tentang penanaman mangrove, karena mangrove sangat berguna untuk mengurangi abrasi dan tempat tinggal bagi hewan seperti ikan dan udang. Penanaman mangorove juga dapat meningkatkan hasil mata pencaharian penduduk di Muara Gembong karena sebagian besar penduduknya hidup sebagai nelayan. Apabila terjadi terjadi hujan air laut akan pasang dan masuk ke rumah warga penanaman mangrove dapat mencegah pasangnya air laut. Namun tidak jarang banyak mangrove yang rusak karena tekena kapal tongkang, abrasi dapat menghancurkan tanah dan rumah warga yang ada di Muara Gembong apabila tanah sudah rusak terkena abrasi tidak dapat di pergunakan atau diperdayakan kembali akhirnya penduduk akan memilih meninggalkan rumah mereka. Bila pasang jalan-jalan setapak tidak dapat dipergunaka sehingga harus menggunakan perahu dari desa satu ke desa yang lain. Banyak juga bangunan sekolah yang terkena dampak dari abrasi sehingga siswa harus secara bergantian untuk masuk sekolah. Namun mereka tetap bersemangat untuk bersekolah bila ada sosialisasi tentang penanaman mangrove siswa di Muara Geembong sangat antusias untuk membantu dan ikut serta dalam menanam.
            Dampak pasangnya air laut sangat nyata dialami oleh penduduk yang tinggal di Muara Gembong. Bamyak juga hewan-hewan langka seperti ikan yang mempunyai sayap yang hanya ada di Muara Gembong namun keberadaan spesies ini hampir punah karena abrasi, ikan tersebut merupakan hewan endemik yang hanya terdapat di Muara Gembong. Upaya konservasi yang dilakukan di Muara Gembong sebagai bentuk penanggulangan bencana abrasi karena jumlah lahan setiap tahunnya di Muara Gembong berkurang akibat abrasi itu semua terjadi karena tidak adanya vegetasi seperti mangrove untuk menahan air laut. Maka dari itu setiap tahunnya banyak program penanaman mangrove guna meminimalisir terjadinya abrasi, juga adanya industri di Muara Gembong yaitu PT. Pertamina yang di harapkan dapat membantu untuk memperbaiki dan membenahi aksesibilitas yang ada di sekitar kawasan Muara Gembong.
            Program penanaman 1000 mangrove setiap tahunnya di adakan oleh banyak instansi seperti pendidikan, perusahaan, pemerintah lingkungan hidup dan sebagainnya sebagai bentuk kepedulian terhadap kritisnya lahan di Muara Gembong. Biasanya penanaman mangrove dilakukan di sekitar rumah penduduk karena pemukiman di Muara Gembong berbatasan langsung dengan laut. Kegagalan penanaman mangrove biasanya terjadi karena pasangnya air laut karena mangrove yang baru di tanam belum kuat sehingga terbawa oleh air laut.

            Dari penjelasan di atas kita sebagai manusia yang baik harus menjaga alam dengan baik dan memperlakukan alam dengan seimbang bila kita menebang satu pohon maka kita harus menanam satu pohon kembali. Manusia tidak boleh terus menerus mengekploitasi lahan karena sumber daya alam akan habis. Mangrove sangat bermanfaat dan dapat membantu menanggulangi abrasi maka dari itu setiap mangrove yang telah di taman hendaknya di jaga dengan baik agar memberikan keutungan bagi masyarakat di Muara Gembong.