Way
Kambas
Pada tanggal 18 Januari 2016 kami melanjutkan perjalanan
dari R.M. H.R Putra ke Way Kambas dengan melalui akses jalan Way Jepara Lampung
Timur. Di sepanjang jalan menuju Way Kambas terdapat vegetasi kebun dan sawah
irigasi dengan di dominasi oleh tanaman singkong, kelapa, rambutan. Di sini
juga terdapat pemukiman yang mengikuti atau berpola sejajar dengan jalan utama.
Jalan utama menuju Way Kambas sangat beragam mulai dari jalan lurus beraspal
hingga jalan berbatu dan berlubang, kerusakan akses jalan menuju Way Kambas
disebabkan oleh banyaknya truk yang melintas di kawasan ini. 13 km menuju Way
Kambas vegetasi hutan makin lebat didominasi oleh pohon durian.
Sesampainya di Way Kambas kami bertemu dengan Bapak
Mahfud Handoko, beliau sudah bekerja di Way Kambas sejak tahun 1995 pada tahun
tersebut pula Way Kambas telah berubah menjadi PKG Taman Nasional Way Kambas
yang berada di Lampung Timur dengan luas wilayah 125.621,31 Ha dan terbagi
menjadi tiga seksi konservasi yaitu konservasi wilayah I (way kanan),
konservasi wilayah II dan konservasi wilayah III (kualapena). Khusus untuk
konservasi wilaya III dibagi menjadi tiga zona yaitu :
1.
Inti, zona inti hutan Way Kambas adalah
hutan alami.
2.
Penyanggah, zona penyanggah terdapat
aktivitas manusia seperti patroli.
3.
Pemanfaatan, zona pemanfataan yaitu zona
konservasi tanah dan gajah.
Beberapa Fauna yang terdapat di Taman Nasional Way Kambas
yaitu mantok rimba, harimau Sumatra, badak Sumatra, kucing emas, tapir, beruang
dan rusa. Flora yang terdapat di Taman Nasional Way Kambas yaitu gaharu namun
tumbuhan ini sudah menurut karena banyak di manfaatkan dan mengandung nilai
ekonomis yang tinggi. Secara topografi hutan di Taman Nasional Way Kambas
dibagi menjadi tiga yaitu :
1.
Hutan Sekunder
2.
Hutan Alang-alang
3.
Hutan Rawa
Sejarah Taman Nasional Way Kambas pada zaman Belanda
Suaka Marga Satwa kemudian berganti lagi menjadi Hutan Lindung dan yang
terakhir Taman Nasional. Struktur organisasi Taman Nasional Way Kambar dibawah
naungan Kementrian Lingkungan Hidup dan Dinas Kehutanan di Jakarta. Tahun 1980
di Lampung banyak terjadi gangguan gajah yang sangat tinggi, Profesor Subini
dan Insinyur Widodo mendirikan pusat pelatihan gajah untuk mengurangi serangan
gajah terhadap manusia. Misi pelatihan gajah yang pertama yaitu Tataliman
artinya menciptakan kembali habitat gajah atau ring of ring kembali dikembangkan, biasanya di habitat aslinya
gajah betina bergerombol sekitar 40 ekor sedangkan gajah jantan menyendidri
tidak berkoloni. Binaliman pengertinyannya seandainya gajah tidak dapat ditata
kembali kemudian gajah akan ditangkap dan di bina dalam pelatihan gajah.
Sekolah gajah yang pertama terdapat di Way Kambas, PLG Sari di Aceh, Holiday
Resort di Medan dan PLG Pekanbaru. Tingkat metode pelatihan gajah pertama kali
berasal dari Thailand dan India namun para pelatih dari Taman Nasional Way
kmabas mengadopsi dari Thailand. Beberapa metode pelatihan gajah yaitu sebagai
berikut :
1.
Latihan Dasar
2.
Pengembangan
3.
Lanjutan
Metode pelatihan dasar
gajah yang berasal dari hutan cukup lama untuk di latih karena di alam liar
mereka tidak biasa dengan manusia dan mobil namun ketika di adopsi dari hutan
ke Tama Nasional Way Kambas dilakukan sosialisasi dengan lingkungan yang baru
sekita 6-8 bulan gajah liar baru bisa dinaikan dan dikendalikan oleh pelatih.
Gancok adalah alat yang digunakan untuk pelatihan gajah dan sebagai
perlindungan sang pelatih. Metode pengembangan usian gajah umur 3-15 tahun
gajah digunakan sebagai atraksi sedangkan di atas 15 tahun dijadikan sebagai
gajah tunggang juga patroli hutan. Metode lanjutan gajah-gajah dapat di
distribukan ke wilayah yang membutuhkan gajah seperti kebun binatang dan taman
nasional.
Rumah sakit gajah sudah didirikan di Taman nasional Way
Kambas dengan kerjasama oleh pihak Australia, jumlah gajah di Way Kambas 66
ekor dengan Dokter hewan yang menangani yaitu Dokter Hesti. Penyakit gajah yang
biasa ditemui yaitu cacingan, gondok, parasite darah dan EEHV berupa virus. Kehamilan gajah
sekitar 22 bulan hampir 2 tahun setiap beranak jagah hanya mengeluarkan 1 anak
dengan berat 100 kg gajah menyususi 3-4 tahun durasi kehamilan gajah 2 tahun
sekali. Tahapan dalam menjadi pelatih gajah yaitu :
1.
Pelatihan
2.
Menghandle gajah jinak
3.
Pengenalan dengan pelatih
Batas wilayah Taman Nasional Way Kambas sebelah timur bersebelahan
dengan laut jawa, sebelah barat bersebelahan dengan desa dan tiga kabupaten
Lampung Timur dan Lampung Tengah, sebelah utara berbatasan dengan desa
penyanggah, sebelah selatan berbatasan dengan desa penyanggah. Konflik wilayah
di Negara India pelatihan gajah menggunakan stik seperti bilyar sedangkan di
Indonesia menggunakan gancok yang di adopsi dari Thailand. Di Indonesia apabila
gajah sudah memasuki wilayah pemukiman warga maka petugas Taman Nasiona Way
Kambas membangun Respond Elephand Unit yaitu
mengusir gajah liar dengan gajah jinak agar masuk ke hutan kembali. Pengunjung
rata-rata di Taman Nasional Way Kambas 100-10000 ribuan.